LP3M UPNVJ

Di kampus UPN Veteran Jakarta, mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sejak tahun ajaran 2020/2021 diintegrasikan menjadi sebuah mata kuliah, yaitu MK Pancasila dan Kewarganegaraan.  Mata Kuliah ini membahas tentang bagaimana seharusnya mahasiswa memiliki sikap dan pandangan terhadap negerinya atas dasar falsafah kebangsaan dan cinta tanah air. Sikap dan pandangan tersebut mencakup pemahaman dan penghayatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara sekaligus pemahaman dan dimilikinya rasa tanggung jawab sebagai warganegara. Melalui mata kuliah ini mahasiswa jadinya diharapkan menjadi ilmuwan yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, berkeadaban dalam konteks kekinian dan masa mendatang, serta, menjadi warganegara yang disiplin dan berpartisipasi aktif dalam membangun dirinya, masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai Pancasila, serta mampu mengimplementasikan perilaku bela negara.

Untuk meningkatkan dan menambah wawasan untuk mahasiswa dan dosen, MKWU mengadakan kuliah umum mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan pada tanggal 29 Mei 2021 dengan tema : Memahami Sejarah Kelahiran Pancasila Sebagai Konsensus Politik Sekaligus Konsensus Budaya Bangsa Indonesia Untuk Melahirkan Generasi Milenial Yang Memiliki Kesadaran Bela Negara. Sebagai narasumber adalah Dr. Anhar Gonggong, yang terkenal sebagai Sejarawan Indonesia.  Welcome speech diberikan oleh Ka LP3M yaitu Satria Yudhia Wijaya, SE. MS.Ak dan Sofian Purnama, M.Hum. sebagai moderator.

Dr. Anhar Gonggong Dalam pemaparannya menguraikan panjang lebar mengenai historisitas Pancasila sebagai sebuah consensus politik sekaligus merupakan konsensus budaya yang agung yang dilahirkan oleh para pendiri bangsa Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan. Pancasila disampaikan untuk pertama kali kepada masyarakat Indonesia oleh Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama BPUPK di hari terakhir (1 Juni 1945) Sukarno berpidato untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ketua sidang, Dr. Radjiman Wediodiningrat, tentang apa yang akan menjadi dasar negara Indonesia yang merdeka. Sebelum Sukarno, dari berbagi pembicara yang berpidato antara tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni tidak ada satu pun yang dapat menjawab pertanyaan ketua sidang BPUPK dengan memuaskan. Sukarno lah orang pertama dan satu-satunya yang dapat menjawab secara komprehensif pertanyaan dari ketua sidang. Sukarno menguraikan dengan runtut dan jernih tentang berbagai prinsip yang dapat menjadi dasar dari negara Indonesia. Prinsip-prinsip itu ada lima dan disebutnya sebagai Pancasila. Apa yang disampaikan oleh Sukarno mendapat persetujuan secara aklamasi dari para peserta sidang BPUPK yang ke 64 anggotanya  merupakan wakil dari berbagai unsur yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Satu hal yang ditekankan oleh Dr. Anhar Gonggong adalah perlunya memahami sejarah lahirnya Pancasila terbentuknya NKRI sebagai hasil dari dialog para pendiri bangsa yang dilandasi dengan semangat kebersamaan, niat baik, saling menghargai, dan dilandasi intelektualitas yang tinggi. Para pendiri bangsa yang terlibat dalam siding BPUPK tersebut merupakan kaum cerdik cendekia yang sangat akrab dengan ilmu pengetahuan dan memiliki panggilan jiwa untuk mendarmabaktikan diri mereka pada kemaslahatan bangsanya. Mereka bukan sekedar politikus, tetapi juga cendekiawan sekaligus negarawan. Oleh karena itu, Dr. Anhar Gonggong mengajak para mahasiswa dan segenap yang hadir dalam acara Kuliah Umum untuk berefleksi dan meneladani sikap dan perilaku para pendiri bangsa dalam mengisi keseharian kita di alam Indonesia merdeka ini. Pancasila harus dipahami dan dihayati sebagi bagian dari jati diri bangsa, perekat perbedaan-perbedaan yang ada, dan panduan dalam menjawab beragam persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan ke depannya. Dialog harus selalu dikedepankan dalam upaya menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi bersama segenap warga bangsa Indonesia. Sikap-sikap yang mencerminkan egosentrisme, primordialisme, dan segala yang hanya mementingkan golongan atau kelompoknya sendiri harus dibuang jauh-jauh. Kepentingan bersama harus diutamakan demi kemaslahatan bersama, dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila.

Gallery Foto Klik Disini

Share :